Minggu, 22 November 2015

Cita-citaku mati....



Cita-citaku mati…


Menjelang maghrib aku terdampar di pinggir sebuah ruko saat pulang kerja karena hujan. Turunnya hujan disaat pulang kerja kadang membuat jengkel juga. Seharusnya sudah ada dirumah, mandi dan istirahat dan menikmati  makan, sekarang malah harus basah dan berdingin di pinggir jalan. Banyak juga kawan-kawan senasib. Bahkan seorang anak kecil penjual koran juga ikut berteduh sambil menyembuyikan dagangannya agar tidak basah terkena tetesan air hujan. Hampir ½ jam menunggu ternyata membosankan, mana orang-orang yang senasib menunggu sepertinya tidak ada satupun punya niat ngobrol. Sibuk dengan lamunan dan rokoknya masing-masing

Untuk menghilangkan bosan, gak ada salahnya ngobrol dengan anak kecil (ini egonya org dewasa). “Boy, (aku biasa panggil anak kecil cowok yang gak kukenal. Lebih praktis), minta Sr**o”, kataku. “1000 kak”, katanya sambil memberikan koran. “Masih sekolah, boy”, tanyaku basa-basi. “Kelas 7 kak. Sekolah sambil jualan koran”, sahutnya. Ya, iyalah, masak bawa koran jualan martabak, pikirku dalam hati. “Kamu cita-citanya mau jadi apa boy”, pertanyaan klise org dewasa ke anak2 kan seperti itu. “Cita-cita saya mau mati dalam keadaan Husnul Khotimah, kak”, jawabnya tegas.

Kaget
!!... Kaget!!!... Jujur saya kaget saat itu. Bener-bener gak nyangka bahwa itu akan keluar dari mulut seorang anak kecil dan saya yakin itu adalah jawaban spontan dan tidak dibuat-buat. Anak kecil yang pada usianya kita nilai hanya mempunyai hasrat bermain dan hanya bermain untuk memuaskan dahaga masa kecil. “Kenapa kamu punya cita2 mati, boy. Anak-anak lain kalau ditanya cita-cita pasti ingin jadi Insinyur, Dokter, Kontraktor. Kok kamu cita-citanya malah mau mati Husnul Khotimah”, tanyaku penasaran. “Iya kak. Itu cita-cita saya dan akan tetap cita-cita saya. Kalau saya sudah niat mati Husnul Khotimah, maka nantinya kalau saya jadi Dokter, saya akan jadi dokter yang tulus ngobatin orang, kalau orang tidak mampu bayar saya rela kalau perlu saya belikan obat dan Dokter yang rajin ibadah. Kalau saya jadi Insinyur, maka saya akan jadi Insinyur yang tidak akan lupa shalat 5 waktu dan suka sedekah dan kalau saya jadi pemborong, maka saya mau jadi pemborong jujur, tidak mencuri apalagi korupsi seperti di tv-tv sekarang. Karena setiap kerjaan kalau niatnya Lillahita”ala, Insya Allah akan direstui oleh Tuhan. Itu semua karena saya kalau melanggar peraturan agama pasti berdosa, kak, dan orang yang berdosa pasti masuk neraka. Hidup kan pendek, kak. Jangan sampai hidup di dunia sudah susah, di akhiratpun juga susah”, jawabannya lancar seperti air sungai mengalir.

Tersentak d
engan jawaban itu. Hari ini aku diberi nasihat hidup. Ucapan dari mulut anak kecil yang sepertinya keluar dari mulut seorang yang ahli ibadah. Mencerna jawaban anak tadi, bahwa seluruh yang hidup pasti akan mati. Mau jadi apa akhir jalan hidup kita nanti, hanya kita yang tahu jawabannya. Mau pilih surga atau neraka itu adalah keputusan hidup pendek (seperti dikatakan anak kecil itu). Intan yang keluar dari kotoran hewan sekalipun tetaplah intan. Nasihat tidak harus datang dari orang yang lebih tua dari kita, orang yang lebih berkuasa dari kita ataupun orang yang lebih berkecukupan dari kita, juga dari orang yang kita rasa lebih berpengalaman dari kita.  Nasihat itu datangnya pun bisa dari anak kecil. Kehidupan ini pun menjadi sebuah nasihat bagi kita.

“Dik (tidak lagi saya panggil dia boy, karena justru egoku sebagai orang dewasa yang merasa lebih dari seorang anak kecil sudah luntur dan jujur saja saat itu aku sangat hormat padanya, bahkan bisa kukatakan aku merasa malu dengannya), semoga cita-citamu tercapai dan kakak yakin kamu suatu saat pasti akan jadi org besar”.
Kukeluarkan 5000 utk bayar koran. “Sisanya kamu ambil aja. Buat jajan”, kataku. “Terima kasih, kak”, jawabnya pendek namun terpancar jelas riang di mukanya.
Hujan belum juga reda, namun rasanya dingin yang melanda saat itu memberikan suatu suasan sejuk yang sangat mendalam. Rasa bahagia dan haru bercampur baur saat itu. Terselip juga rasa malu. Malu pada diriku sendiri, bahkan malu kepada Sang Pencipta. Ternyata selama ini kita sudah terlena dengan duniawi dan mengejar duniawi seakan tidak akan habis hidup ini. Kita menomorsatukan dunia dan menganggap bahwa urusan akhirat hanya cukup sebatas tidak meninggalkan shalat dan berbuat baik kepada orang lain. Ternyata tidak cukup hanya disitu. Sayang kesempatanku untuk mengisi form yang menanyakan cita-cita sepertinya sudah tidak ada lagi. Kalau masih ada yg menyodorkan form itu, maka akan kutulis dengan jelas cita-citaku: Mati dalam keadaan Husnul Khotimah….(awal juni 2012, e-dit)

Rabu, 18 November 2015


Istrimu.......
Allah Ta'ala berfirman, "Dan istri-istri yang kalian khawatirkan nusyuz mereka, hendaklah kalian menasehati mereka atau pisahkan mereka dari tempat tidur, atau pukullah mereka. Dan jika mereka sudah kembali taat kepada kalian, maka janganlah kalian mencari-cari jalan (untuk menyakiti) mereka. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."                (QS. An-Nisa': 34)


Al-Wahidi Rahimahullah berkata, "Yang dimaksudkan dengan 'nusyuz' pada ayat diatas adalah kedurhakaan terhadap suami, yakni merasa lebih tinggi dihadapan suaminya disaat terjadi perselisihan."
Atha' berkata, "Maksudnya adalah seorang istri yang mengenakan wewangian dihadapan (suami) nya, namun tidak mau 'dikumpuli', serta berubah sikap dan ketaatan yang dulu pernah dilakukannya."


Maksud firman-NYA (yang artinya), "Hendaklah kalian menasehati mereka," yaitu nasehatilah mereka dengan kitab Allah dan ingatkanlah akan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka (para istri).
Ibnu Abbas menafsirkan ayat (yang artinya) "Atau pisahkan mereka dari tempat tidur," yakni dengan membelakanginya dan tidak mengajaknya berbicara. Sedangkan Sya'bi dan Mujahid menafsirkan dengan cara meninggalkan tempat tidurnya dan tidak menggaulinya.
Tafsir ayat (yang artinya) "Atau pukullah mereka," yakni memukulnya dengan pukulan yang tidak membahayakannya.
Sedangkan maksud firman-NYA (yang artinya) "Jika mereka menaati kalian," adalah janganlah kalian (suami) mencari-cari alasan untuk menyakiti mereka (istri).
Seorang istri memiliki kewajiban yang besar untuk patuh kepada suaminya. Kepatuhan ini tentu tidak berlaku jika seorang suami memerintahkan istrinya untuk bermaksiat kepada Allah, sebab tidak ada kepatuhan terhadap perintah manusia dalam berbuat maksiat kepada Allah.
Jika seorang istri yang patuh kepada suaminya akan memperoleh keutamaan pahala yang besar, maka sebaliknya, istri yang durhaka kepada suaminya akan mendapat ganjaran dosa dan laknat baik dari Allah maupun makhluk-NYA. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya, lalu ia menolak datang, (maka) malaikat melaknatnya hingga pagi hari." (HR. Abu Daud dan Nasa'i)
Dalam hadits yang lain disebutkan, "Jika pada malam hari seorang istri meninggalkan tempat tidur suaminya dan menolak ajakannya, maka penduduk langit marah kepadanya hingga suaminya rela kepadanya." (HR. Nasa'i)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Ada tiga orang yang tidak diterima shalatnya, dan kebaikannya tidak diangkat kelangit : 1. Budak yang melarikan diri dari tuan-tuannya hingga ia kembali kepada mereka dan meletakkan tangannya pada mereka (menyerah dan taat), 2. Seorang istri yang dimarahi suaminya hingga ia ridha kepadanya, 3.  Orang yang mabuk hingga siuman." (HR. Thabrani dan Ibnu Khuzaimah)
Sudah seharusnya seorang istri berusaha untuk taat dan menunaikan kewajibannya terhadap suaminya. Begitu besarnya hak suami terhadap istrinya, hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Jika aku diperbolehkan untuk memerintahkan seseorang bersujud kepada orang lain, pastilah aku akan menyuruh seorang wanita bersujud kepada suaminya." (HR. Tirmidzi)
Seorang bibi dari Hushain bin Muhsin bercerita perihal suaminya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu Rasulullah berkata kepadanya, "Lihatlah kedudukanmu dihadapannya, ia adalah surga dan nerakamu." (HR. Nasa'i)
Seorang istri wajib meminta ridha suaminya dan menjaga dirinya dari kemarahannya, sebab Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Jika seorang wanita meninggal dunia, sedangkan suaminya ridha kepadanya, maka ia akan masuk surga." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim)
Oleh karena itu, seorang istri berhati-hati dari kedurhakaan terhadap suaminya, karena kedurhakaannya bisa mengantarkannya kedalam neraka. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Aku melihat neraka, dan aku dapatkan ternyata sebagian besar penghuninya adalah wanita."
Hal itu disebabkan karena kurangnya ketaatan istri kepada Allah, Rasul-Nya, dan suami mereka. Selain itu, para istri itu pun sering ber-tabarruj (memamerkan dandanannya kepada orang lain). Tabarruj artinya seorang istri keluar dari rumahnya dengan mengenakan pakaian terbaiknya dan berdandan, serta bersolek hingga membuat orang-orang terfitnah oleh penampilannya.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seorang wanita menyakiti suaminya di dunia, (melainkan) istrinya yang lain dari bidadari berkata, 'Janganlah menyakitinya, semoga Allah membunuhmu.'" (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
(Imam Adz-Dzahabi. 2008. Al-Kabair, Galaksi Dosa terjemah: Asfuri Bahri. Jakarta: Darul Falah)